Serupa Tak Sama
Sering pusing tiba-tiba,
lemas, lunglai dan sebagainya. Hati-hati, mungkin itu bukan gejala anemia
seperti biasa, tapi Thalassemia.
Thalassemia merupakan penyakit
gangguan darah karena rendahnya kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah. Thalassemia
bersifat genetikal atau turunan. Gejala anemia yang ditunjukkan pada penderita
karena ketidakmampuan tubuh memproduksi sejenis protein yang disebut rantai goblin
yang akhirnya menyebabkan kadar Hb rendah.
Thalassemia ini dibagi menjadi dua
yakni, Thalassemia Minor dan Thalassemia Mayor. Thalassemia Minor sering
disalah pahamkan sebagai anemia karena menunjukkan gejala serupa seperti wajah
pucat, insomnia, tubuh mudah lemas, berkurangnya nafsu makan. Sedang pada
Thalassemia Mayor kemungkinan terjadi kematian pada penderita sangatlah tinggi.
Penderita tidak dapat meninggalkan tranfusi daa selama hidupnya. Kecil
kemungkinan pada penderita untuk hidup lebih dari usia 30 tahun karena riskan
terjadi kematian pada range usia 19—30 tahun.
Di Indonesia yang masih negara
berkembang ini prosentase penderita Thalassemia menyentuh angka 6—10%. Menjadi
pertimbangan karena biaya pengobatan dan perawatan untuk Thalassemia sangat
tinggi. Selain itu penyuluhan tentang penyakit Thalassemia yang belum merata
juga menjadi salah satu faktor.
Peran pemerintah sangatlah dibutuhkan
dalam hal penyediaan jasa pengobatan dan perawatan bagi penderita karena
mayoritas penderita Thalassemia merupakan kalangan menengah bawah. Selain itu,
pencerdasan tentang penyakit terkait dengan memberikan penyuluhan kepada
masyarakat secara luas dan merata. Konseling tentang penyakit juga dibutuhkan
baik bagi penderita ataupun keluarga.
Seperti dikatakan oleh Ledia Hanifa
Amaliah, anggota komisi IX DPR RI, penderita Thalassemia Mayor di
Indonesia mencapai angka sekitar 5.000 jiwa dan bertambah terus tiap tahunnya.
Sementara pembawa sifat Thalassemia berkisar 200 ribu jiwa dan setiap tahun
diperkirakan lahir 3.000 bayi penderita Thalassemia Mayor baru. Mengejutkan!
Sampai saat ini medis pun masih belum
menemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Pencegahan yang dapat dilakukan
adalah dengan menghindari pernikahan sesama penderita. Untuk itu dianjurkan memeriksakan
kesehatan sebelum menikah terlebih
dahulu untuk mengetahui kemungkinan mengidap penyakit tersebut. Karena ternyata
tranfusi yang dilakukan oleh penderita pun memiliki dampak buruk. Sehingga
untuk menghindarinya penderita juga melakukan terapi klasik agar zat besi yang
terkandung dalam tubuh secara berlebih dapat dikeluarkan.
Harapan Indonesia sehat tidak akan mustahil jika semua
komponen turut serta dalam pelaksanaannya. Untuk itu jadilah salah satu bagian
pergerakan realisasi tersebut dengan memulai dari diri sendiri.
x
Komentar
Posting Komentar